PELAJARAN YANG DIBERIKAN NABI KHIDIR KEPADA NABI MUSA
Nabi Musa a.s. sudah berusaha mencari Nabi
Khidir a.s. dengan susah payah, akan tetapi ia akhitnya menolak ajaran-ajaran
Nabi Khidir a.s.. Penolakan itu terjadi karena gambarannya tentang perilaku
seorang hamba Allah swt. Yang saleh tidak terpenuhi pada diri Nabi Khidir a.s..
Peringatan-peringatan Nabi Khidir a.s. sebelum Nabi Musa a.s. belajar kepada
Nabi Khidir a.s pun tidak diindahkan. Jadilah pelajaran Nabi Khidir a.s. yang
disampaikan melalui perbuatan tidak dapat diterima, dicerna, apalagi
dipraktikkan Nabi Musa a.s..
Dari kisah pertemuan Nabi Musa a.s. dengan Nabi Khidir
a.s., banyak makna yang bisa diuraikan mealui penelaahan tempat, benda, maupun
peristiwa. Di antara hal-hal yang perlu ditelaah tempat bertemunya dua lautan,
batu besar sebagai tempat berlindung, ikan mati yang hidup kembali, peristiwa
melubangi perahu, membunuh anak kecil, dan menegakkan rumah yang hampir roboh.
a.
Tempat Bertemunya Dua Lautan.
Pertama, kita soroti tempat bertemunya
Nabi Musa dengan Nabi Khidir, yaitu tempat bertemunya dua lautan, “Bertemunya
Dua Lautan “ bermakna dua kesabaran, yakni kesabaran fisik serta kesabaran
batin, dan dua alam, yakni alam lahiriah dan alam batiniah. Dengan demikian,
manusia yang siap menerima pelajaran Nabi Khidir harus bermodalkan dua
kesabaran dan dua alam tersebut.
b.
Batu Besar Sebagai Tempat Berlindung
Makna kedua melekat pada batu besar
sebagai tempat berlindung Nabi Musa dan muridnya. Batu untuk berlindung
bermakna penaklukan terhadap sifat keras agar jangan sampai menguasai diri
c.
Ikan Mati yang Hidup Kembali
Ikan yang mengambil jalan ke laut dengan
cara yang aneh sekali tentu saja mengandung makna. Ikan untuk bekal perjalannya
itu sudah mati dan matang, tetapi bisa hidup lagi. Maknanya, pelajaran yang
dibawa oleh Nabi Khidir adalah untuk bekal hidup sesudah mati dengan penuh
kematangan, bukan untuk kehidupan sekarang. Bekal itu penting karena kehidupan
yang sebenarnya adalah kehidupan setelah kematian.[1]
d.
Melubangi Perahu
Salah satu hal yang perlu direnungi dari
peristiwa melubangi perahu yang dilakukan Nabi Khidir A.S adalah perahu. Banyak
wali yang diangkat diatas perahu penafsiranya bermacam – macam. Perahu bisa
menjadi lambang dalam diri manusia.
Kalau tidak didayung perhu tidak akan bisa berjalan diatas air. Air laut
adalah lambang ilmu Allah SWT. Perahu didayung diatas air laut melambangkan
manusia yang sedang mengarungi lautan ilmu Allah SWT. Dan masuk kedalam
kenikmatan – kenikmatan pemberi-Nya. Pendorong perahu adalah dayung , dayung
bisa diartikan iman ataupun dzikir.
Setelah kita renungi filosofi perahu, kita renungi makna peristiwa
melubangi perahu. Perahu yang pada awalnya bagus dilubangi nabi Khidir A.S.
sehingga menjadi jelek. Maknanya adalah anjuran untuk hidup sederhana.
e.
Membunuh Anak Kecil
Nabi Khidir A.S. membunuh anak kecil yang
ditemui bersama Nabi Musa A.S. karena sangat khawatir terhadap orang tua anak
kecil tersebut. Kekhawatiran Nabi Khidir A.S. sangat beralasan karena kemauan
anak itu akan dituruti orang tuanya walaupun kearah hal – hal yang menjadikanya
kafir. Kedua orang tuanya pun terancam menjadi kafir karena anak itu, padahal
mereka adalah orang – orang mukmin. Dengan membunuh anak kecil itu, Nabi Khidir
A.S. menghendaki keselamatan orang tua si anak dari bahaya kesesatan dan kekafiran.
Setelah anak itu meninggal, Nabi Khidir A.S. memohon kepada Allah agar
menggantinya dengan anak yang lebih baik. Apabila direnungkan, seorang anak
adalah bagian keluarga. Kita umpamakan keluarga dengan anggota tubuh yang
bersifat lahir dan ghaib. Hawa nafsu anggota tubuh yang bersifat ghaib. Manusia
yang dikuasai hawa nafsu akan terbawa kedalam sifat – sifat jeleknya hingga
terajak pada kekafiran. Oleh karena itu, anak kecil itu sebagai simbol hawa
nafsu harus dibunuh agar seluruh keluarganya selamat.[2]
NASIHAT-NASIHAT NABI KHIDIR
A.
Nasihat Kesatu
-
Jadikanlah pakaianmu itu bersumber dari zikir yang
berbuah fakir
-
Terimalah ilmu yang disampaikan tidak dengan
pembicaraan
-
Suatu hari kamu tidak bisa mengelak dari kesalahan
B.
Nasihat Kedua
-
Janganlah selalu menyalahakan orang lain
-
Janganlah memperdebatkan hal-hal yang tidak perlu
-
Pelajarilah ilmu-ilmu yang belum kamu pahami
-
Sampaikanlah ilmumu dengan ikhlas keapada orang lain
yang berhak menerimanya[3]
C.
Nasihat Ketiga
-
Kurangilah usaha duniawi
-
Terbukalah kepada siapa saja secara lahir dan batin
-
Bersikap arif kepada semua makhluk, terutama manusia,
karena sikap arif menjadi rahmat bagi
alam semesta
-
Apabila orang bodoh datang kepadamu dan mencacimu,
redamlah ia dengan penuh kedewasaan
D.
Nasihat Keempat
-
Tahanlah hawa nafsumu dengan mendekatkan diri
kepada-Nya
-
Berantaslah kejahilan dan kemaksiatan yang berada di
sekitarmu
-
Perbanyaklah bersyukur kepada Allah SWT
E.
Nasihat Kelima
-
Hiasi wajahmu dengan keceriaan dan hiasi kalbumu
dengan keikhlasan
-
Hiasi jiwamu dengan ketabahan dan kepasrahan[4]
[1] M.Ali, Rahasia Makrifat Nabi Khidir, Bandung : Oase Publishing
House,2011,hlm. 47-49
[2] M.Ali, Rahasia Makrifat Nabi Khidir, Bandung : Oase Publishing
House,2011,hlm. 74-77
[3] M.Ali, Rahasia Makrifat Nabi Khidir, Bandung : Oase Publishing
House,2011,hlm. 113-116
[4] M.Ali, Rahasia Makrifat Nabi Khidir, Bandung : Oase Publishing
House,2011,hlm. 117-124